Masih sedikit industri di Indonesia yang mengaplikasikan kegiatan produksi ramah lingkungan. Kegiatan perekonomian di Indonesia secara langsung berkaitan dengan sektor industri dan pertanian dimana struktur industri Indonesia dinilai belum mampu menopang penuh perkembangan ekonomi nasional. Namun demikian perekonomian nasional hingga saat ini masih dalam kondisi aman dan seimbang, sehingga masih jauh dari potensi overheating. Keseimbangan tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berjalan bagus, inflasi yang relatif rendah serta defisit fiskal yang juga masih tergolong rendah. Salah satu metode konsep dalam memaksimalkan proses industri adalah circular economy.
Circular economy merupakan suatu sistem ekonomi dimana produk dan jasa diperdagangkan dan suatu sistem siklus tertutup yang didesain untuk mempertahankan setinggi mungkin nilai suatu produk, hasil samping, dan material lainnya. Tujuan besarnya adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan nilai suatu sumber daya atau untuk menciptakan suatu daur hidup yang lebih panjang, pemanfaatan kembali secara optimal, pembaharuan kembali, dan recycling dari suatu produk dan material (Kraaijenhagen, 2016). Salah satu bentuk penerapan circular economy dalam memanfaatkan limbah menjadi energi terbarukan yang sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca dan beban pencemaran lingkungan adalah penangkapan gas metan.
Penangkapan gas metan yang merupakan komponen gas terbesar dalam biogas melalui dekomposisi limbah organik dalam kondisi anaerobik dapat menurunkan derajat kebauan dan mengurangi resiko pencemaran air. Biogas dengan kandungan gas methane sekitar 65% dapat digunakan sebagai bahan bakar sekaligus mencegah pencemaran udara akibat pembakaran batu bara dan biomassa. Limbah beberapa industri seperti kelapa sawit, tapioka, kotoran sapi, air limbah tahu, dan berbagai bahan organik lain berpotensi untuk menghasilkan gas methane. Penangkapan gas methane dari air limbah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 45 ton TBS/jam berpotensi menghasilkan energi listrik sekitar 1,5 MW dan menurunkan emisi GRK lebih dari 50.000 ton CO2e/tahun. Air limbah dari pabrik Industri tapioka kapasitas 200 ton tapioka/hari berpotensi menghasilkan energi listrik sekitar 2,0-2,5 MW dan menurunkan emisi GRK sekitar 80.000 ton CO2e/tahun.
Prof. Udin Hasanudin dan Adri Kristian