Perubahan Iklim merupakan fenomena alam yang menyebabkan terjadinya perubahan pada keanekaragaman dan distribusi flora, fauna, juga mikroba hutan di dunia. Jamur ektomikoriza merupakan salah satu kelompok mikroba hutan yang bersimbiosis dengan jenis-jenis pohon dari keluarga Dipterocarpaceae, Pinaceae, Myrtaceae, Fagaceae dan Gnetaceae. Secara kasat mata jamur ektomikoriza dapat ditemukan tubuh buah jamurnya di permukaan tanah dekat inang pohon yang bersimbiosis. Pada kondisi perubahan iklim global saat ini, pohon inang juga melakukan proses adaptasi dan perubahan penyimpanan pasokan karbon dan nutrisi lain ke sistem perakaran. Hal ini berpengaruh pada jamur ektomikoriza dan juga terhadap kelompok mikroba hutan lain yang memanfaatkan sisa hasil fotosintesis pada areal perakaran (rhizosfer).
Jamur ektomikoriza dalam proses regenerasinya biasanya memanfaatkan karbon dan nutrisi yang diberikan pohon inang dengan cara memproduksi tubuh buah jamur disekitar perakaran pohon inang. Selain itu, beberapa jenis jamur ektomikoriza dapat dikonsumsi oleh manusia dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Apabila musim hujan, penduduk disekitar hutan memanen biomassa tubuh buah jamur dengan berat basah mencapai ratusan kilogram. Namun berdasarkan hasil observasi di plot-plot penelitian, jamur ektomikoriza di beberapa wilayah mengalami pergeseran musim jamur dalam setahun dan jumlah biomassa jamur yang tumbuh berkurang secara signifikan. Hasil observasi menemukan struktur jamur yang terbentuk pada jenis pohon peawan (Tristaniopsis obovata) dengan persentase kolonisasi mengalami penurunan drastis. Tetapi struktur hifa yang ditemukan pada zona perakaran tetap mendominasi dalam rangka menyimpan karbon dalam tanah. Fungsi hifa sebagai penyerap nutrisi makro dan mikro dari dalam tanah juga tetap berfungsi dengan baik. Terganggunya proses simbiosis jamur ektomikoriza dan inang pohon disebabkan karena adanya perubahan iklim.
Mikroba hutan kelompok jamur ektomikoriza berperan penting dalam menyimpan dan memanfaatkan pasokan karbon dari inang untuk menjaga eksistensi proses simbiosis mutualistis di areal perakaran. Melalui perannya tersebut, pohon inang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim global saat ini.
Dr. Ir. Maman Turjaman, DEA