<p>Kehidupan alam semesta dengan perkembangan adab manusia di berbagai negeri di seluruh bumi seakan menyadari bahwa cakrawala terus berlanjut melingkari semua mahluk yang ada tanpa kompromi. Tentu hal ini merupakan kenyataan yang menjadi fakta bagi keseharian kehidupan di belahan dunia, baik pada daerah khatulistiwa maupun yang beriklim subtropis atau iklim empat musim. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan alam semesta, manusia berpikir karena faktanya perubahan telah terjadi saat ini: suhu temperatur udara yang memanas, gunung es yang mencair di daerah Alaska, bahkan kekeringan pada daerah yang bersifat tropis atau gurun yang mematikan. Semua itu terjadi terus, manusia berupaya mengantisipasi dengan berbagai cara dalam hidupnya. Saat ini Indonesia dalam proses menuju Pemerintahan dan warga masyarakat yang berubah demi martabat kebangsaan yang adil dan sejahtera. Maka perubahan iklim adalah faktor penting yang menjadi titik pijak perubahan kehidupan bersama, kesadaran baru akan pelestarian alam, sungai, hutan dengan problema yang ada sejak lama oleh perilaku pembiaran, kini serentak menuju perubahan harapan penuh seluruh warga bangsa.</p>
<p>Sungai Citarum yang mengalir di Provinsi Jawa Barat menjadi terkenal dan perhatian oleh karena menyandang konotasi buruk sebagai satu dari sepuluh sungai terkotor di dunia. Perubahan iklim pada alam tak seburuk akibat ulah perilaku manusia yang menyebabkannya. Sungai Citarum amat tercemar oleh sampah plastik dan berbagai limbah beracun serta bakteri yang membahayakan dan mengancam kesehatan penduduk kawasan Provinsi Jabar yang tergantung pada suplai air bersih yang diproses dari sungai Citarum. Upaya besar membersihkan Sungai Citarum dalam proses program Pemerintah Pusat dengan kolaborasi seluruh elemen masyarakat. Untuk mendukung masa depan Sungai Citarum diperlukan strategi membangun daya saing bangsa, dengan ide kawasan Citarum sebagai Pusat Kebudayaan Dunia atau World Cultural Expo 2030.</p>
Gai Suhardja, Fifie Rahardja