Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu, 27 Maret 2019. Indonesia telah berpatisipasi dalam sidang United Nations Environtment Assembly (UNEA) ke-4 di Nairobi, Kenya, pada tanggal 11-15 Maret 2019 oleh badan PBB untuk Urusan Lingkungan, United Nations Environtment Programme (UNEP). Sidang ini membahas tentang keputusan pengambilan kebijakan lingkungan hidup sedunia.
Berangkat dari hal tersebut, KLHK mengumpulkan para pemangkuan kepentingan yang ahli di bidangnya masing-masing dengan tema "Oleh-Oleh dari Naori: Diplomasi dan Capaian DELRI pada The 4th Session of The UN Environtment Assembly (UNEA-4)" di Gedung Rimbawan 3B, Gedung Manggala Wanabakti, KLHK, Jakarta (27/03) dalam diskusi Pojok Iklim. Diskusi ini mengundang beberapa narasumber antara lain, Laksmi Wijayanti selaku Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Dr. Suseno Sukoyo selaku Staf Ahli Bidang Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga, KKP, Dr. Makarim Wibisono selaku Penasehat Senior Menteri LHK, KLHK, Agustaviano Sofjan, SIP, MM selaku Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup, KLN, Dr. Agus Justianto, M.Sc selaku Kepala Badan Litbang dan Inovasi, KLHK.
Pertemuan pojok iklim akan membahas proses negoisasi dan capaian DELRI pada UNEA-4, tukar menukar pandangan secara interaktif terkait resolusi UNEA-4 pada aksi pengendalian iklim, tukar menukar prioritas, pengalaman, praktik terbaik, tantangan dan aksi dari undangan yang hadi terkait area diskusi tersebut. Laksmi menjelaskan Sesuai arahan menteri LHK, Indonesia sudah waktunya menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa Indonesia mempunyai peran super power di bidang lingkungan.
Dr. Makarim menjelaskan untuk berjalannya UNEA perlu ada hubungan bilateral. Indonesia perlu menunjukkan bahwa Indonesia peduli dan dapat mengurus dengan baik mengenai Indonesia masuk no.2 marine litter. Performance dari DELRI pada UNEA-4 luar biasa. Akan tetapi tidak bisa sekali saja dan besok melempem, delegasi harus kredibel, misalnya untuk membentuk ITPO, ada resolusi jadi harus ada follow up nya, tidak hanya mengukir langit, tapi ada pelaksanaannya.
Suseno menyatakan bahwa hubungan multilateral sangat penting seiring berjalannya UNEA-4. Multilateral basisnya adalah bilateral yang berbasis networking, karena itu penting untuk mengajak kader muda untuk membangun networking sehingga mengetahui morfologi pertemuan. Saya memperhatikan , peran UNEA, UNEP dalam pertemuan high level dan arah kemana pengelolaan lingkungan ini. UNEA ke 4 ini, menunjukkan dunia bahwa Indonesia harus naik kelas. Bagaimana mengelola coral reef, padang lamun, abrasi, dsb. Coral reef indonesia merupakan rumah ikan-ikan. Maka indonesia harus memposisikan indonesia di depan. Dengan coral reef indonesia mendunia.
Agustaviano mengatakan, Sudah saatnya kita memprofiling Indonesia ke tingkatan yang lebih. Indonesia telah berhasil memanfaatkan kegiatan untuk memasukkan resolusi kita. Ini merupakan upaya dan kekuatan sinergitas antar yang lain.
Agus Justianto menjelaskan salah satu resolusi yang dapat kita lakukan untuk mengkapitalisasikan SDA di Indonesia yaitu peatland. Sesuai dengan arahan menteri LHK bahwa peatland bila digabungkan maka kurang pas dengan biodiversitas lain. Kita harus tetap maju walaupun stay alone. Poin yang diperoleh adalah kita dapat melakukan evaluasi dari beberapa hasil diskusi yang menjadi concern. Diperlukan juga komando yang jelas sehingga kita bisa efektif.
Indonesia juga tidak hanya sebagai negosiator tetapi juga berjuang melakukan peran lain. Ketua DELRI di lapangan sangan berperan. Tanpa komando dari ketua DELRI maka akan lose. Dalam negosiasi ini, diperlukan tim yang solid sehingga diperoleh hasil yang efektif. 4 dari 5 resolusi selesai di awal. Resolusi dari EU sangat tricky dalam menggiring deforestasi. Sehingga perlu kita cermati dengan seksama atas rancangan resolusi. Kami dapat kesempatan belajar bagaimana bernegosiasi. Fasilitator juga bukan hal yang mudah karena harus menerima dan mengambil keputusan yang harus ditetapkan. Kredibilitas dari diskusi perlu dijaga dengan tindak lanjut. Tambah Agus.