Beberapa tahun ini Pemerintah Indonesia telah secara efektif mengeluarkan peraturan-peraturan serta menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan manajemen lahan gambut. Hal ini berdampak positif mengurangi emisi dari dekomposisi lahan gambut dan resiko kebakaran lahan gambut serta mengurangi kemungkinan dampak buruk sosial ekonomi dan kesehatan di masyarakat. Pemerintah juga berusaha keras untuk memastikan bahwa masyarakat lokal juga mendapat dampak positif secara ekonomi dari adanya alternatif mata pencaharian yang bisa dikembangkan.
Luasnya lahan gambut di Indonesia, yang diperkirakan mencapai 10% dari total luas wilayah Indonesia, sebenarnya merupakan salah satu kekuatan untuk mengembangkan daerah, meningkatkan konservasi lingkungan sekaligus ketahanan pangan nasional. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengidentifikasi kurang lebih 865 KHG atau Kawasan Hidrologis Gambut mencakup sekitar 30 juta hektar lahan dimana sekitar 15 sampai 23 jutanya adalah gambut. Hal ini menyiratkan pentingnya suatu pendekatan yang terintegrasi guna meningkatkan ketahanan dari masyarakat lokal yang tinggal di sekitar lahan gambut, selain juga memastikan akses mereka untuk tetap bisa berusaha di lahan gambut tersebut sebagai bagian dari perhutanan sosial. Masyarakat perlu difasilitasi untuk dapat mengidentifkasikan peluang-peluang ekonomis yang bisa dilakukan mereka. Upaya restorasi gambut seyogyanya tidak hanya sebatas pengukuran hidrologis. Masyarakat perlu mendapat manfaat langsung semisal peningkatan penghasilan dan juga ketahanan pangan di daerah tersebut dari restorasi gambut yang dilakukan. Informasi mengenai penelitian-penelitian untuk jenis tanaman yang cocok dan ekonomis di lahan gambut tanpa mengeringkan lahan memang masih sangat sedikit atau belum terinformasikan dengan baik ke masyarakat.
Dalam kerangka ini, Pojok Iklim bekerjasama dengan UN Environment, Universitas Wageningen dan Kemitraan menyelenggarakan diskusi mengenai inisiatif-inisiatif yang sedang berlangsung dan memperluas kerjasama untuk pengembangan paludikultur dan rantai nilai dari produksi paludikultur ini guna mendukung ketahanan iklim, terutama di area lahan gambut. Universitas Wageningen merupakan salah satu institusi yang telah melakuan proyek riset termasuk membuat demo plot untuk paludikultur di Indonesia. Dalam kesempatan ini, mereka akan mempresentasikan informasi terkini termasuk tanggapan positif dari masyarakat lokal, akses pasar dan kondisi spesifiknya. Disadari jenis tanaman paludikultur ini dapat beragam sepanjang waktu. Kondisi lahan saat awal penanaman mungkin bisa berubah seiring meningkatnya ketinggian air sehingga jenis tanaman juga harus disesuaikan. Diskusi ini juga akan melibatkan KPH yang telah mencoba melakukan inisiatif kerjasama dengan kelompok-kelompok tani lokal untuk mata pencaharian alternative yang sesuai dengan kondisi lokal. Pihak UN Environment dan Kemitraan juga akan menyampaikan informasi terkini seputar inisiatif untuk restorasi dan manajemen lahan gambut yang berkelanjutan baik dalam kerangka kerjasama nasional dan internasional.
Materi dapat diunduh di sini