Perubahan iklim akan menjadi pemicu krisis sosial ekologis yang luas dan intens seantero bumi. Persoalan menjadi semakin kompleks karena krisis sosial ekologis yang timbul tidak tersebar merata. Negara-negara miskin lebih rentan terhadap risiko perubahan iklim dibanding negara-negara maju. Golongan berpenghasilan rendah atau miskin lebih rentan terhadap perubahan iklim dibanding yang berpenghasilan menengah atau kaya. Demikian pula kaum perempuan dan anak-anak, terutama rumah tangga miskin di pedesaan, mereka tergolong paling rentan terhadap perubahan iklim.
Generasi mendatang lebih rentan terhadap risiko perubahan iklim dibanding generasi sekarang. Oleh karena ketidakmerataan akibat krisis sosial ekologis inilah maka persoalan keadilan iklim menjadi mengemuka. Greta Thunberg, remaja umur 16 tahun dari Swedia, melakukan protes dan advokasi perubahan iklim di forum-forum dunia. Thunberg menyentak dunia dengan pernyataan-pernyataannya yang tajam, singkat dan langsung menghujam ke inti persoalan: keadilan iklim. Ia marah karena generasinya pada dekade mendatang memperoleh ketidak-adilan iklim akibat ulah generasi sekarang.
Ketahanan iklim menjadi jawaban untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang, semua manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan iklim yang lebih baik. Ketahanan iklim bisa dimulai dari tingkat tapak seperti meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memahami perubahan iklim dan melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, didukung dengan kebijakan dari pemerintah. Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi komitmen global untuk mencapai iklim dibawah dua derajat selsius dan Indonesia sepakat dengan keputusan iklim global yang tertera dalam Nationally Determined Contribution (NDC).
Diskusi Pojok Iklim kali ini akan mengangkat tema Ketahanan Iklim, SDGc dan NDC sebagai pembukaan dari peluncuran trilogi buku Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian LHK dan disusun oleh tim editor yang terdiri atas Siti Nurbaya Bakar (Menteri LHK), Nur Masripatin, Soeryo Adiwibowo, Yulia Sugandi, dan Thomas Reuter. Kini tiba waktunya konten trilogi Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim dikupas secara serial dalam suatu forum diskusi.
Buku ini menghimpun karya 79 kontributor/penulis yang berlatar regulator, legislator, peneliti, akademisi, kalangan bisnis, LSM, tokoh masyarakat, dan pemuda yang terlibat dalam berbagai inisiatif mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Mengapa begitu banyak penulis dari berbagai latar belakang dilibatkan dalam penulisan buku ini? Tak lain untuk menunjukkan betapa luasnya dimensi persoalan perubahan iklim, dan semakin banyak yang peduli terhadap krisis ini.
Pengantar:
Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc - Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian LHK
Narasumber:
"Komitmen Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia", Unduh Materi
Novia Widyaningtyas, S.Hut., M.Sc - Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK
"Ketahanan Iklim Nasional, Penguatan Tapak dan Dinamika Global", Unduh Materi
Ir. Sarwono Kusumaatmadja - Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim
"Perubahan Iklim dan SDGs", Unduh Materi
Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc - Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/BAPPENAS
"Komitmen Global dan Aktualisasi Pembangunan", Unduh Materi
Ir. Laksmi Dhewanthi, MA - Staf Ahli Menteri Bidang Industri dan Perdagangan Internasional
Moderator:
Dr. Soeryo Adiwibowo - Penasihat Senior Menteri LHK