Inovasi teknologi sederhana dan tepat guna bisa mendukung upaya pengendalian perubahan iklim. Salah satu yang layak untuk dikaji adalah sistem pembangkit listrik tenaga kombinasi. Inovasi tersebut dikembangkan Ir. Sarwono, seorang peneliti mandiri dari Pemalang, Jawa Tengah yang didukung rekan-rekannya. Pada inovasi tersebut, Sarwono yang dibantu sejumlah rekan memadukan setidaknya tiga jenis pembangkit listrik bersumber energi terbarukan, yaitu tenaga surya, tenaga angin, dan tenaga air.
Inovasi yang peneliti mandiri ini dikembangkannya untuk menjawab kelemahan yang ada pada masing-masing pembangkit energi listrik terbarukan apabila berjalan secara independen. Sistem pembangkit tenaga listrik tenaga kombinasi ini dibuat secara bertingkat sehingga tidak butuh lahan yang luas untuk penempatan panel surya. Menara yang dibangun sekaligus juga menjadi tiang untuk turbin angin yang dimanfaatkan untuk memanen energi angin. Turbin angin pun dibuat inovatif sehingga cukup dibutuhkan kecepatan angin sekitar 30 kilometer/jam untuk menggerakannya. Sementara di bagian bawah, ada turbin air yang berputar memanfaatkan energi air. Turbin pun dimodifikasi untuk memanfaatkan tekanan gravitasi sehingga tak butuh tekanan air yang kuat untuk memutarnya.
Sistem pembangkit listrik tenaga kombinasi yang dibuat para peneliti mandiri ini diklaim bisa menghasilkan hingga 6.000 watt listrik. Sementara investasi pembuatannya hanya sekitar Rp227 juta saja.