Keanekaragaman hayati Indonesia termasuk kedalam urutan tertinggi di dunia, namun tingkat degradasi lingkungan di Indonesia juga sangat mengkhawatirkan. Saat ini, Indonesia telah kehilangan hampir seperempat luasan hutannya sejak 1990. Degradasi lingkungan berakibat pada hilangnya keanekaragaman hayati termasuk mikroba, padahal mikroba berpotensi untuk digunakan sebagai sumber obat-obatan baru, enzim, dll. Sampai saat ini, sebagian besar dari keanekaragaman mikroba di Indonesia masih belum dimanfaatkan karena minimnya dana penelitian dan kurangnya kapabilitas di Indonesia.
Di sisi lain, Indonesia memiliki sumber daya biomassa berbahan lignoselulosa yang sangat besar yang berasal dari sisa kegiatan pertanian/kehutanan termasuk kelapa sawit, padi, tebu, jagung, maupun limbah peternakan. Saat ini, sebagian besar residu biomassa ini umumnya dibuang atau belum dimanfaatkan secara optimal. Kedua potensi ini, mikroba dan limbah biomassa, dapat dikombinasikan dan diubah menjadi biofuel, seperti bioetanol dan biodiesel, jika dilakukan dengan pendekatan bioteknologi yang tepat.
Dalam dialog Pojok Iklim kali ini, narasumber akan berbagi tentang hasil-hasil penelitiannya tentang pemanfaatan mikroba termasuk kegiatan penelitian yang sedang berlangsung tentang pemanfaatan mikroba Indonesia dalam mengkonversi kelapa sawit buah tandan kosong, sebagai salah satu limbah biomassa berlignoselulosa yang paling melimpah, untuk biofuel, dengan tujuan sebagai berikut:
- Melakukan pemanfaatan berkelanjutan dari teknologi berbasis mikroba untuk menghasilkan produk yang berharga dari residu pertanian/kehutanan yang bisa membantu mitigasi perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
- Meningkatkan kemampuan Indonesia dalam memanfaatkan keragaman mikroba.
- Menyelamatkan mikroba melalui konservasi ex situ untuk membantu pemanfaatan mikroba secara berkelanjutan bagi pendidikan, penelitian, dan pengembangan mikroba berbasis teknologi.