International Energy Agency (IEA) banyak melakukan riset dan analisis di
bidang energy dalam upaya pengendalian perubahan iklim dan pencapaian
target kenaikan dibawah 2 derajat celcius sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Paris.
Salah satu riset yang dilakukan adalah terkait perkembangan teknologi
energi terbarukan. Meskipun di tahun 2016 energi terbarukan sudah
mensuplai sekitar setengah dari permintaan listrik di seluruh dunia,
namun sektor energi saat ini masih menjadi sumber emisi terbesar dan
berkontribusi sekitar 2/3 dari total emisi GRK.
Mr.
Paul Simons memaparkan hasil studi IEA yang membuat analisis dari
beberapa skenario dalam pencapaian target 2 derajat celcius. Berdasarkan
skenario RTS (reference technology scenario), apabila seluruh negara
berkomitmen pada dokumen NDC, temperatur bumi masih akan naik hingga
2.7 derajat celcius. Skenario untuk mencapai target kenaikan temperature
2 derajat adalah melalui upaya-upaya maksimum dalam decarbonisasi
beberapa teknologi sektor energi. Hal ini dapat dicapai dengan
meningkatkan energi efisiensi pada bangunan dan peralatan rumah tangga,
peningkatan energi terbarukan, penggunaan bahan bakar ramah lingkungan,
serta menggunakan teknologi nuklir dan CCS (carbon capture storage).
Namun
untuk mencapai target Perjanjian Paris tentu akan membutuhkan banyak
dukungan dari kebijakan pemerintah, investasi sektor swasta, serta
percepatan aplikasi teknologi di negara berkembang. Saat ini
perkembangan beberapa teknologi energi terbarukan masih tertinggal,
seperti untuk peningkatan efisiensi dalam PLTU, CCS, biofuel untuk
transportasi, dan efisiensi energi dalam bangunan. Energi terbarukan
yang saat ini mengalami pertumbuhan pesat di dunia adalah Solar PV,
Onshore Wind, Electric Vehicle, dan Energy Storage. Diperkirakan di
tahun 2025, teknologi tersebut akan terus meningkat sekitar 2 kali
lipat. Namun, tantangan dari energi terbarukan yang dihadapi saat ini
adalah dari intermitansi dan fluktuasi dalam mencapai keamanan energy di
masa depan.
Beberapa upaya diusulkan untuk mempercepat perkembangan dari teknologi energi terbarukan, diantaranya melalui perkembangan sistem terintegrasi, mengembangkan mekanisme financial untuk menurunkan biaya, mengurangi material yang digunakan, menggunakan biomassa melalui sistem berkelanjutan, serta meningkatkan penelitian dan perkembangan untuk teknologi energi terbarukan (R&D).