Gastronomi adalah bagian dari sistem pangan, yang mempelajari interaksi antara manusia dengan apa yang mereka santap nikmati dan telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa sebagai ekspresi budaya yang terkait dengan keanekaragaman hayati dan budaya dunia. Semua budaya dan peradaban adalah pendukung penting untuk pembangunan berkelanjutan.
Dengan adanya krisis iklim dan krisis pandemi, gastronomi berkelanjutan (sustainable gastronomy) saat ini berperan sangat penting, karena konsumsi produk lokal membantu meningkatkan ekonomi suatu daerah, mendukung para petani dan nelayan serta mengurangi gas rumah kaca dalam rantai pasokan makanan. Masyarakat dapat mendorong peran gastronomi berkelanjutan dengan mendukung petani dan nelayan, mencoba makanan lokal, melestarikan tradisi kuliner dan menghindari sisa makanan.
Gastronomi memiliki spektrum yang lebih luas dari hulu hingga hilir. Proses hulu adalah proses cerita bagaimana budi daya bahan makanan terjadi; baik proses tanam benih, merawat, hingga panen. Kemudian mendorong ke proses distribusi melalui pasar tradisional dan modern, atau pemasok langsung mencapai meja-meja dapur di rumah atau restoran. Proses distribusi mengantarkan ke proses selanjutnya yang dikenal sebagai kegiatan kuliner yaitu mengolah bahan mentah menjadi makanan jadi melibatkan resep, proses memasak yang berbeda-beda disetiap wilayah; kemudian siap disajikan dan dinikmati.
Pasar tradisional sebagai ruang publik adalah area yang dinamis, inklusif, dan aman, tempat berbagai lapisan masyarakat dapat berkumpul secara bebas. Selain juga sebagai jalur untuk promosi pelestarian budaya, pasar berfungsi sebagai pusat sistem pangan lokal.
Menurut pernyataan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, ada 13.450 pasar tradisional di seluruh Indonesia, tempat penghidupan 12,3 juta pedagang dan pekerja pendukung lainnya. Oleh sebab itu pasar tradisional tidak boleh mati, karena disamping mendorong roda ekonomi, pasar juga merupakan refleksi budaya lokal, seperti gastronomi suatu daerah.
Sobat Budaya, yang mendata budaya Nusantara secara digital mengatakan saat ini ada hampir 40.000 jenis makanan dan minuman tradisional Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Angka ini masih terus bertambah, namun sayangnya cukup banyak yang hampir punah.
Salah satu pelestari gastronomi Nusantara adalah Chef Ragil Imam Wibowo pemilik beberapa restoran yang beberapa kali memperoleh penghargaan sebagai chef terbaik secara nasional maupun internasional.
Chef Ragil yang berkeliling Nusantara mencari resep otentik yang hampir hilang serta cara memasaknya yang tepat mengatakan kepunahan itu disebabkan oleh tradisi lisan masyarakat, bahan-bahan yang mulai sulit didapatkan, menyusutnya penjaja kuliner tradisional dari generasi ke generasi, serta kurangnya minat generasi muda terhadap gastronomi Nusantara
Melihat ragam, rupa dari kekayaan bahan lokal yang dimiliki maka Indonesia dapat menjadi salah satu negara gastronomi terkaya di dunia, yang manfaat ekonominya diperoleh melalui wisata gastronomi.
Menurut Global Report on Food Tourism yang disusun oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO), Wisata Gastronomi adalah pengalaman wisata yang melibatkan makanan beserta unsur penting yang menyertainya , dengan pengalaman yang dirasakan harus memiliki unsur atau kriteria sebagai berikut: makanan sebagai gaya hidup lokal (dengan resep-resep tradisionalnya), budaya dan sejarah, bahan makanan lokal, cerita dibalik makanan, sehat dan mengandung nutrisi
Pergerakan masif para pelaku dan komunitas gastronomi, kuliner atau industri makanan dan minuman beberapa tahun belakangan menjadi sebuah gerakan yang memperkenalkan makanan Indonesia terutama melalui media sosial.
Indonesia menjadi unsur penting yang menarik untuk didengar dan dilihat keberadaannya dalam kongres-kongres regional dan global antara lain ATF (ASEAN Tourism Forum) dan UNWTO. Indonesia juga berhasil meyakinkan UNWTO untuk menjadi mitra pertama di dunia dalam mengembangkan prototip destinasi gastronomi berstandar UNWTO di Ubud, Bali. Program ini dimulai pada bulan Juni 2019 dan direncanakan berakhir di bulan Juli 2020. Pergantian kabinet dan pandemi COVID 19 menjadikan banyak rencana yang tertunda. Namun sesuatu yang baik untuk negeri harus didukung dan dilanjutkan, sehingga Indonesia kelak memiliki destinasi gastronomi prototip UNWTO yang bisa menjadi percontohan bagi negara lain, juga bagi pengembangan destinasi lainnya di Indonesia.
Dalam mewujudkan sebuah cita-cita besar menjadikan Indonesia negara gastronomi terkaya didunia; serta menjadikan gastronomi sebagai tulang punggung ekonomi kerakyatan yang ramah iklim, maka perlu sinergi untuk membangun destinasi-destinasi kuliner berbasis gastronomi dari hulu hingga hilir.
Materi dapat di unduh di sini