Secara global, sistem pangan berkontribusi besar terhadap krisis iklim yang sedang berlangsung di Bumi. Sistem pangan saat ini menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan menyebabkan sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca penyebab krisis iklim. Beberapa faktor yang berdampak terhadap iklim termasuk energi yang digunakan untuk produksi makanan, metode organik atau dengan bahan kimia, dan seberapa jauh makanan tersebut diangkut sampai ke meja makan. Hidangan yang dihasilkan lebih dekat ke tempatnya disantap akan mengeluarkan emisi lebih sedikit terkait transportasi, lebih segar, dan membantu produsen lokal. Dengan berkurangnya jarak tempuh makanan, berkurang pula kebutuhan untuk mengolahnya dan untuk pendinginan guna mengurangi pembusukan.
Gastronomi berkelanjutan (sustainable gastronomy) berperan sangat penting baik semasa maupun pasca pandemi. Gastronomi berkelanjutan, dengan demikian, berarti masakan yang memperhitungkan dari mana bahan-bahannya berasal, bagaimana bahan masakan ditanam, sampai ke pasar, dan akhirnya ke meja makan. Mengkonsumsi produk yang ditanam secara lokal membantu meningkatkan ekonomi suatu daerah, mendukung para petani dan mengurangi gas rumah kaca serta sumber daya yang digunakan dalam mengangkut makanan. Membeli produk lokal berarti ada permintaan, sehingga membantu petani mempertahankan mata pencaharian.