Berdasarkan Laporan Kajian Ke-5 (Assessment Reports 5 atau AR5) Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), suhu bumi telah meningkat sekitar 0,8°C selama abad terakhir. Pada akhir tahun 2100, suhu global diperkirakan akan lebih tinggi 1.8 – 4°C dibandingkan rata-rata suhu pada 1980-1999.
Di samping peningkatan suhu bumi, terjadi pula peningkatan frekuensi gelombang panas dan intensitas curah hujan di berbagai daerah. Terdapat bukti kuat bahwa kondisi suhu ekstrim, termasuk hari-hari panas dan gelombang panas menjadi lebih umum terjadi sejak 1950. Tren kekeringan secara global sukar diidentifikasi, namun sejumlah wilayah jelas menunjukkan kekeringan yang lebih parah dan lebih sering. Badai tropis skala 4 dan 5 diperkirakan akan meningkat frekuensinya secara global.
Untuk lingkup wilayah Indonesia, fenomena dampak perubahan iklim telah dikonfirmasi melalui berbagai kajian. Secara umum kenaikan temperatur rata-rata di wilayah Indonesia sebesar 0.5 – 3.92 ?C pada tahun 2100 dari kondisi baseline tahun 1981-2010, sedangkan suhu udara minimum akan mengalami peningkatan sebesar 0.04 – 0.07 ?C. Sedangkan untuk curah hujan, berdasarkan data pengamatan telah terjadi pergeseran bulan basah dan kering. Intensitas curah hujan yang lebih tinggi dan durasi hujan yang lebih pendek terjadi di Sumatera bagian utara dan Kalimantan, sedangkan curah hujan rendah dan durasi hujan lebih panjang terjadi di bagian selatan Jawa dan Bali.
Risiko terjadinya beberapa kejadian ekstrem, terutama gelombang panas dan hujan deras, diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa dekade mendatang. Tinggi permukaan laut global diperkirakan akan meningkat mencapai 0,26 – 0,81 m pada akhir abad ini dan akan terus mengalami peningkatan pada abad – abad yang akan datang.
Dampak perubahan iklim akan meningkat sejalan dengan berlanjutnya peristiwa perubahan iklim. Sebagian besar aspek perubahan iklim akan bertahan selama berabad-abad bahkan jika emisi gas rumah kaca dapat dihentikan. Sebagian besar dampak dari peristiwa perubahan iklim tidak dapat diubah (irreversible). Risiko kerusakan akan terus meningkat selama berabad-abad, terutama proses terjadinya kenaikan permukaan air laut. Pada zaman es terakhir (120.000 tahun yang lalu), ketika suhu dunia meningkat 2°C lebih hangat, permukaan air laut naik 5 – 10 meter lebih tinggi karena melelehnya lapisan es.
Sebagai negara kepulauan dengan pantai rendah dan terpanjang nomor dua di dunia, Indonesia rentan terhadap perubahan iklim. Negara tropis dengan luas hutan serta rawa-gambut yang signifikan, Indonesia memiliki potensi tinggi baik sebagai sumber emisi (source) maupun sebagai sink. Laporan para ilmuwan secara khusus menyebutkan bahwa dalam masa sepuluh tahun terakhir, di beberapa daerah di Indonesia telah menurun tingkat curah hujan tahunan. Sedangkan kenaikan rata-rata permukaan air laut tahun 1901 – 2010 hanya 0.19 mm/ tahun menjadi 3,2 mm/tahun pada periode 1993 – 2010.
Berbagai data dan fakta tersebut perlu disikapi dengan memperkuat aksi nyata ditingkat lokal yang dapat berkontribusi terhadap upaya mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta upaya adaptasi untuk meningkatkan kapasitas para pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Guna mendorong partisipasi aktif masyarakat dan seluruh pihak terkait dalam melaksanakan upaya pengendalian perubahan iklim, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan Gerakan Nasional Program Kampung Iklim pada Tahun 2016. Literasi mengenai perubahan iklim dan dampaknya harus terus dibangun dan diperkuat untuk mendorong seluruh pihak melakukan aksi nyata pengendalian perubahan iklim sampai ke tingkat tapak.
Narasumber:
"Strategi Penguatan Aksi Pengendalian Perubah Iklim di Daerah", Unduh Materi
Arief Rachadiono Wismansyah - Walikota Tangerang, Banten
"Kebijakan Penguatan Aksi PPI di Tingkat Tapak", Unduh Materi
Tantri Arundhati - Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Direktorat Jenderal PPI KLHK
"Peran Pemerintah Desa Dalam Penguatan Aksi Pengendalian Perubahan Iklim di Tingkat Tapak", Unduh Materi
Hardi - Kepala Desa Poleonro, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan
"Pembelajaran Pelaksanaan ProKlim di Wilayah Perkotaan", Unduh Materi
RB. Sutarno - ProKlim RW 01, Sunter Jaya, DKI Jakarta
"Pengalaman Pendampingan Penguatan Aksi PPI di Tingkat Tapak", Unduh Materi
Sulistiyanto - Penyuluh Kehutanan CDK VII, DLHK Provinsi Jawa Tengah
Moderator:
Brigitta Isworo - Anggota Dewan Pengarah ProKlim