Penting sekali untuk merencanakan pembangunan berkelanjutan dan ketahanan demi lingkungan dan juga kualitas hidup masyarakat Indonesia. Masih banyak perubahan yang dapat dilakukan dari segi operasional pemerintah, bisnis, dan masyarakat.
Demikian mengemuka saat diskusi Pojok Iklim di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rabu (11/7/2018). Pojok Iklim adalah forum multi pihak untuk berbagi pembelajaran dan praktik terbaik dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Diskusi kali ini dipimpin Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ibu Indra Exploitasia, dan turut dihadiri Ibu Laksmi Dhewanthi, Staf Ahli Menteri Perindustrian dan Perdagangan Internasional.
“Yang pertama yang harus kita lakukan adalah bersiap menghadapi dampak yang akan terjadi. Khususnya bagaimana memproteksi, misalnya edukasi tentang bahan kimia yang tidak hanya dipakai di pabrik tapi juga di rumah tangga. Yang kedua, adalah membenahi sumber permasalahan. Bagi dari segi industri, masyarakat, juga pemerintahan,†ucap Bapak Noer Adi Wardojo, Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai narasumber pada diskusi kali ini. Oleh sebab ini juga ketangguhan dan keberlanjutan disebut secara berdampingan dalam tema High-Level Political Forum on Sustainable Development (HLPF) tahun ini.
Praktek keberlanjutan sudah mulai dipraktekkan di Indonesia, contohnya pemerintahan melalui eco office-nya, dimana diterapkan fasilitas rendah karbon dan limbah yang dikelola secara bertanggung jawab. Di lain sisi, bisnis dan masyarakat juga memiliki kewajiban yang sama agar bisa tercapai kemajuan yang signifikan. Fasilitas publik terutama sangat penting untuk dibenahi, karena merupakan tempat interaksi masyarakat dan juga wilayah perubahan sosial dan budaya.
Di tingkat tinggi, melalui perundingan internasional HLPF 2018, Indonesia menjadi host side-event bekerjasama dengan Jepang untuk sasaran SDG 12 yang telah dipimpin Indonesia sejak 1992, terkait percepatan perubahan pola konsumsi & produksi berkelanjutan di Asia Pasifik. Karena ekonomi sedang tumbuh di Asia Pasifik, konsumsi dan produksi memang sedang tinggi di kawasan ini. Namun, contohnya di Indonesia sudah dilakukan pendekatan bottom-up oleh pemerintah, seperti bertemu dengan komunitas ibu rumah tangga, event organizer, sampai ke eco masjid. Yang ingin didorong adalah perubahan tanpa menuntut sudah sempurna, agar terjadi komunikasi yang berkesinambungan. Perubahan dapat dilakukan dari individu melalui lifestyle dan juga agama.
Kegiatan HLPF ini akan terus berlanjut dengan adanya sustainability meeting Asia Pasifik pada bulan November tahun ini, dan UN Environment Assembly tahun depan. Dengan ini, semangat untuk melakukan perubahan akan terus terbawa ke depan.