Isu perubahan iklim tidak hanya berdampak langsung pada kondisi alam dan lingkungan namun juga berpengaruh pada kondisi sosial, budaya dan hubungan antara masyarakat, termasuk didalamnya masalah gender. Dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim akan berbeda antar kelompok masyarakat, misalnya antara kelompok minoritas dan mayoritas, antara kelompok perempuan dan lakilaki, begitu pula yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dan mengurus keluarga.
Kerusakan lingkungan dan bencana alam yang sering terjadi mengakibatkan manusia semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kehidupannya yang kemudian mengakibatkan munculnya permasalahan sosial yang lebih serius. Contoh nyata saat ini dimana perubahan iklim dapat menimbulkan dampak sosial khususnya bagi perempuan yaitu, kelangkaan air, pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan serta energi untuk rumah tangga yang semakin berkurang.
Para ibu sebagai penanggung jawab sektor domestik rumah tangga memiliki peran penting sekaligus menjadi kelompok yang akan terkena dampak langsung tersebut. Secara tidak disadari upaya-upaya yang dilakukan para Ibu di tingkat keluarga dan lingkungan sekitarnya adalah upaya mereka dalam mengatasi perubahan iklim. Acapkali kaum perempuan dianggap tidak mengikuti perkembangan isu perubahan iklim, padahal beberapa perempuan memilih terjun langsung melakukan aksi untuk memperbaiki dan menjaga lingkungan, tidak hanya untuk memperjuangkan keluarga dan kelompoknya saja, tapi juga untuk keselamatan bumi dan manusia.
Upaya perempuan diapresiasi oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 dengan menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional karena pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta tahun 1928. Dalam rangka memperingati Hari Ibu, diskusi Pojok Iklim akan mengangkat kisah para Ibu di Pulau Flores NTT dengan tema “Perempuan Flores Merawat Bumi dengan Kearifan Setempat”.
Diskusi akan mengangkat dan membagikan kisah para ibu di Pulau Flores NTT, yang mengembangkan sumber kebutuhan pangan, papan dan sandang untuk keluarganya dengan kearifan lokal. Para ibu akan menceritakan mengapa mereka melakukan kegiatan-kegiatan tersebut serta tantangan apa yang dihadapi dan bagaimana harapan untuk kedepannya. Dari Kabupaten Flores Timur, Mama Maria Loretha dan Mama Agatha mengembangkan dan membudidayakan kembali sorgum jenis pangan lokal yang sudah hampir dilupakan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Mama Adelia menggerakkan kelompok perempuannya dalam mengembangkan kopi di Kabupaten Manggarai. Dari Kabupaten Sikka, Ibu Dian mengembangkan budidaya kapas lokal sebagai bahan baku pemintalan benang, untuk mendukung kerajinan tenun masyarakat. Dari Kabupaten Ngada, Mama Wilhelmina akan berbagi cerita bersama kelompok Ibu-ibu melakukan pembibitan bambu keluarga untuk mendukung penanaman bambu di lahan terdegradasi dan mendukung pemenuhuan bambu sebagai bahan baku konstruksi. Istri gubernur NTT, Ibu Julie Sutrisno Laiskodat yang juga menjabat sebagai anggota Komisi IV DPR RI juga akan menyampaikan program pemerintah daerah dalam pemberdayaan dan penguatan peran perempuan sebagai bagian dari pengarus-utamaan gender di Provinsi NTT.
Kisah dan pengalaman para Ibu yang menjadi narasumber dalam pojok iklim kali ini juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan yakni mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk (tujuan1), mengakhiri kelaparan dan mencapai ketahanan pangan (tujuan 2), kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan (tujuan 3) dan mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan (tujuan 5). Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, diperlukan dukungan untuk lebih mengangkat peran perempuan khususnya para Ibu dalam menghadapi dan mengatasi perubahan iklim, pemerintah baik pusat dan daerah, kelompok-kelompok masyarakat khususnya kelompok perempuan serta lembaga swadaya masyarakat.
Sambutan:
Dr. Alue Dohong - Wakil Menteri LHK
Penutup:
Sarwono Kusumaatmadja
Moderator:
Sri Murniningtyas - Tenaga Ahli Menteri LHK
Narasumber:
Ibu Julie Sutrisno Laiskodat - Ketua Penggerak PKK Provinsi NTT, Anggota Komisi IV DPR RI
Monica Tanuhandari - Yayasan Bambu Lestari
Mama Wilhelmina dan Desy Ekawati - Kabupaten Ngada
Puji Sumedi - Yayasan Kehati
Mama Loretha - Kabupaten Flores Timur
Mama Adel - Manggarai