Bumi seringkali dikenal dengan istilah Ibu Pertiwi, sebab di nusantara, bumi dihargai sebagai tempat bernaung yang memberikan kesuburan sehingga manusia bisa bercocok tanam. Hal ini sesuai dengan cerminan sifat perempuan yang sejatinya menciptakan kehidupan yang nyaman dan tentram dalam keluarga. Perempuan ternyata memiliki keterkaitan yang erat dengan lingkungan, namun ironisnya menjadi kelompok yang rentan terkena dampak kerusakan lingkungan. Faktanya, sekitar 50% sampah berasal dari rumah tangga. Dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga, perempuan umumnya lebih dekat dengan urusan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, menyediakan makanan, mengelola keuangan, dan sebagainya. Ketika peran di rumah tersebut diangkat pada skala yang lebih besar -tingkat RT atau RW- dan dilakukan bersama-sama perempuan lainnya, maka kegiatan yang bisa dilakukan antara lain seperti memilah sampah berdasarkan jenisnya, membuat kerajinan dari sampah, pengolahan sampah seperti membuat kompos dan biopori, hingga mengadakan bank sampah.
Kegiatan pengelolaan sampah juga memungkinkan meredam kekerasan terhadap perempuan dari segi ekonomi keluarga. Hal tersebut dapat disalurkan dengan menghasilkan prakarya dan aktivitas di program bank sampah. Di sisi lain, perempuan yang mengelola sampahnya menjadi mengerti tentang kesehatan lingkungan dan hidup ramah lingkungan.
Materi dapat diunduh disini