Invasive alien species (IAS) dikategorikan IUCN sebagai hewan, tumbuhan, atau organisme lain yang diperkenalkan ke habitat di luar jangkauan alami mereka dan berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati asli dari habitat tersebut, layanan ekosistem yang ada, maupun kesejahteraan manusia. Ancaman IAS diperparah oleh terjadinya perubahan iklim, yang menciptakan peluang baru untuk invasi dengan memfasilitasi penyebaran spesies asing. Perubahan iklim sendiri mengurangi ketahanan habitat asal terhadap invasi biologis. Berbagai wilayah di Indonesia pun tidak luput dari permasalahan ini.
Arapaima gigas merupakan ikan terbesar asli sungai Amazon. Bertahun-tahun eksploitasi yang berlebihan telah menguras populasi alami mereka, dan berakibat pada masuknya spesies ini kedalam daftar CITES II (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Namun di lain sisi, spesies ini juga dikenal sebagai IAS, dan telah menginvasi sisi Bolivian dari Amazon setelah diperkenalkan tidak sengaja pada awal dekade 1970. Baru-baru ini spesies ini juga menjadi ancaman invasif di Indonesia setelah dilepasnya 18 ekor ikan ke sungai Brantas yang terletak di Jawa Timur.
A. gigas yang sebelumnya pernah diteliti oleh Oberdorff et al (2015) merupakan spesies yang toleran terhadap kondisi suhu yang lebih tinggi. Oleh karena itu, seiring dengan pemanasan global saat ini dapat meningkatkan kemungkinan perluasan jangkauan populasi spesies yang termasuk IAS ini, dan akan berujung pada terancamnya populasi ikan asli daerah asal. Selain itu, ancaman lain dari perubahan iklim juga mengakibatkan perluasan dan mengecilnya jangkauan spesies-spesies asli, yang berpotensi untuk mengubah struktur sekaligus komposisi perkumpulan ikan dalam sistem air tertentu. Hal ini juga dapat menciptakan interaksi baru (ex. persaingan, pemangsaan), dan pertukaran patogen antar spesies yang berpotensi untuk menimbulkan penyakit baru dan menyebabkan kepunahan.