Hashim Djojohadikusumo, memaparkan terkait reforestasi dan system agroforestry yang sudah di presentasikan pada COP 21 dan COP22. Pemerintah Norwegia juga sudah tertarik untuk menggunakan sistem yang diperkenalkan oleh Dr. Willie Smits. Reforestasi hutan harus dengan konsep sustainable dan profitable dengan konsep tumpang sari yang biodiverse. Dengan sistem ini ternyata dapat menghasilkan profit dalam waktu yang cepat. Saat ini ada 88 juta hektar hutan rusak (degraded forest), ada pula data dalam 25 tahun tidak akan ada lagi LNG, dalam 40 – 50 tahun batu bara akan habis. Berarti Indonesia tidak akan memiliki lagi kemampuan dari fossil fuel, dan harus mencari alternative sumber energi lain sebelum 40 tahun. Kalau tidak, Indonesia akan menjadi pasar bagi negara lain. 88 juta hektar hutan rusak seharusnya menjadi kesempatan, bahwa kalau dikelola dengan baik, Indonesia dapat menjadi produsen bahan bakar nabati Indonesia yang dapat menjadi sumber abadi.
Sudah banyak area alang-alang di Indonesia, namun perlu dilakukan nutrient pump dengan mikroorganisme untuk memutar unsur hara tanaman. Hal ini merupakan kunci dari sistem yang dikembangkan. Dengan sistem monokultur, membutuhkan banyak zat kimia yang berasal dari fossil fuel, di prediksi harganya pun akanmenjadi 3 kali lipat dalam waktu 10 tahun. Penggunaan pupuk ini berbahaya terutama bagi warga lokal.
Solusi yang menguntungkan yang dapat diperoleh dari alam? Dengan sistem membangun k embali (rebuild). Untuk membawa hasil hutan ini, sebenarnya sudah banyak agroforestry dengan hasil yang menguntungkan. Indonesia akan mengalami resiko yang paling kecil dari dampak perubahan iklim, dibandingkan dengan negara-negara lain. Daerah climate zone bergeserdari zona equator.
Pohon aren lebih menguntungkan dibanding pohon-pohon lain, dari segi unsur hara dan nilai ekonomisnya. Kalau dibandingkan dengan monokultur, contohnya jagung, tidak efisien. Karena hanya dapat menghasilkan 1 tahun sekali. Namun apabila dengan hutan aren, akan dapat menghasilkan sepanjang tahun, dan dapat tumbuh pada lahan yang miring dan membantu drainase air di lahan kritis. Pohon aren memiliki leaf area index lebih tinggi, lebih efisien menangkap sinar matahari dibanding pohon lain. Daun aren juga memiliki proses fotosintesis C4, artinya dengan sinar terbatas dapat menghasilkan gula yang lebih banyak. Pohon aren tidak berhenti berfotosintesis, karena memilki lapisan lilin di daun yang dapat mencegah penguapan air. Pohon aren dapat tumbuh buah tanpa ada daun-daun baru, selama 12 bulan dapat terus menghasillkan produksi. Ini merupakan investasi jangka panjang minim biaya.
Pohon aren dapat menghasilkan 5x produksi dibandingkan berat pohonnya, karena dapat terus menghasilkan gula jangka panjang. Apabila dibandingkan tanaman lain, dengan penyadapan gula, dapat menghasilkan energy 7x lebih besar. Pohon aren dapat meningkatkan unsur hara dan kekuatan tanah, karena bentuk akarnya yang panjang kebawah. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi produksi dan menahan longsor tanah. Jadi dengan pohon aren dapat memberikan ketahanan pangan, ketahanan terhadap kebakaran dan memiliki perlingdungan terhadap hama dan penyakit. Apabila pohon aren ditanam bersama denganhutan, maka akan tumbuh dengan daun lebih hijau. Terlebih akar-akarnya akan terintegrasi untuk saling berbagi sumber unsur hara.